Jumat, 21 Maret 2014

UNTUK WANITA INDONESIA


WANITA INDONESIA
Sebuah bangsa berdiri kokoh atau runtuh bahkan hancur berkeping-keping tergantung wanitanya. Hal ini kemudian sejalan dengan pemuka pejuang ras kulit hitam Malcom X, “Untuk melihat moral suatu bangsa” dia berujar demikian “lihatlah bagaimana wanitanya.” Kemudian lihatlah wanita Indonesia sekarang, bagaimana keadaannya?
Bukankah dahulu rahim para ibu Indonesia melahirkan pejuang yang gagah berani? Bukanhanya itu sodara bahkana para ibu menjelma menjadi seorang pejuang ksatria yang gagah berani pula.
Kemudian marikita tengok wanita yang legendaris itu dimasa kini, wanita Indonesia yang dulu berjalan anggun penuh wibawa kini berjalan terjinjit dengan ketidak pastian limpung dan bingung. Dahulu wanita Indonesia berbalut kebaya memancarkan aura keanggunan yang meluluhlantahkan jiwa pria yang melihatnya kini mereka berbalut pakaian yang memenjarakannya hanya menjadikannya objek tontonan tak lebih seperti sirkus, topeng topeng kepalsuan pun mereka kenakan dengan bangga, padahal neneknya dulu dengan kewibawaannya menunujukan jatidirinya sendiri kepada dunia.
Coba lihatlah Indonesia !!!
Bukankah dentang lonceng panggilan para wanita Indonesia itu telah berbunyi? Kenakanlah kebayamu, berjalanlah berlenggok anggun penuh wibawa dengan menggengam semangat kejuangan
Gelorakan kobaran nasionalisme di dalam dada, tunjukan aksimu kepada dunia, bangkitlah srikandi-srikandi Indonesia !!!     

SEMUA PUNYA MASA LALU


Mengenang Masa Lalu
Kita dalah mimpi, aku dan kamu
Untuk hati yang membeku

Mimpi atas jiwa yang sadar
Dari dua insan yang tak gentar
Menentang dunia yang berputar

Sempat kita berpeluk erat
Menantang dan menerjang
Karena kita ingin terbang

Bukankah kita pernah jaya,
Menembus angkasa melintasi cakrawala?


GUNDAH


Gundah
Terlelaplah Sang Pangeran Bulan
Menyelami malam
Dalam kasih yang tertelan

Kemudian Sang Pangeran membelai dan
Bercinta dengan kesederhanaan dalam
Ranjang kebersamaan, menjelang
Esok kan berperang
Dengan kebohongan dan kemunafikan

PAMONGPRENUER II


DISKUSIKU DENGAN SAHABT (PAMONGPRENUER)
Rasa hormat dan bangga yang sangat tinggi saya sampaikan kepada Bung Adima, ssaya merasa sangat bangga sekali tulisan saya di respon dengan sangat antusias oleh Bung. Bukti nyata bahwa kita sangat berhasrat untuk memperbaiki Republik tercinta ini. Semoga saja semangat menggelora ini terus kita jalin dan bakar sampai Ibu Pertiwi benar-benar tersenyum bahagia.
Dan kemudian saya melihat ada sedikit keraguan dalam diri Bung tentang menilai masa depan saya yang di anggap “mendua” oleh Bung. Saya sangat bahagia sekali ini lah bukti bahwa kita keluarga dengan Bung sangat peduli dengan bayangan masa depan saya.
Dan dengan segala kerendahan hati tanpa rasa ingin membantah pendapat atau pun menyanggah pendapat bung apalagi membuka jurang pemisah dalam perjuangan kita nau’dubillah, izinkan saya mencurahkan isi hati saya sebagai saudara kepada Bung yang memang kita saudara kandung satu rahim manglayang.
  Sekali lagi saya mengulang bahwa ini adalah sekolah kader pemimpin bangsa yang di cetak untuk menjadi pengisi post pemerintahan—dalam arti luas—di Republik yang kita cintai ini. Sekali lagi dalam arti luas, bahkan sangat luas. Dan tujuan utama pemerintahan di negeri ini adalah melindungi dan mensejahterakan rakyat sesuai dengan amanat UUD45. Mengapa saya pikir konsep pemikiran saya relevan dan saya tepat memilih IPDN bukan sekolah bisnis?
Sesuai konsepsi dasar bahwa sekolah bisnis mencetak orang-orang yang mencari utnung sebanyak-banyak nya dan mengeluarkan modal atau uang sedikit-dkitnya(sesuai teori ekonomi) sedangkan konsep pamongpreneur yang saya utarakan adalah mencari untung yang besar untung semua dan mengeluarkan uang yang banyak untuk semua dengan cara berdagang. Kemudian timbul pertanyaan “kan PNS kerjanya 7 jam sehari kapan waktu berdagangnya? Ga profesional dong?” dan akan saya jawab bukan kah kita tidak hidup sendiri? Bukan kah kita hidup dikhalayak orang yang banyak? (Sesuai dengan definisi kempemimpinan memanfaatkan orang lain utnuk tujuan yang kita inginkan) kita bisa memanfaatkan sumber daya manusia yang berjubel di negeri ini, kita bisa mengolah itu. Selain mendapatkan keuntungan angakatan kerja terserap sekali mendayung dua puluh sampi seratus pulau terlampaui. Sangatlah efektif bukan?
Sekali lagi saya mengulang ini sekolah kader pemimpin di masa depan, kawah candradimuka para pamongpraja. Bukan sekolah PNS biasa!! Kalau hanya mengandalkan kemapuan intelektual, hanya mengandalkan jago mengkonsep sudah saja Bung sekolah di kampus tetangga kita. Toh apa bedanya? Sangatlah rugi negara memenuhi kebutuhan kita selama empat tahun kalau sama saja.  Sudah jelas esensi pamongpraja terlebih pamongpreunuer adalah memanfaatkan segaenap sumberdaya untuk mencapai tujuan utama pemerintahan yaitu mensejahterakan dan melindungi rakyat, menjadikan rakyat Indonesia kaya, menjadikan rakyat kita sejahtera, menjadikan rakyat kita bahagia. dengan segala cara asalkan tidak menentang norma yang berlaku.
Sekarang kita mengingat tentang masa depan saya yang di anggap Bung “mendua”. Coba kita perhatikan tokoh-tokoh revolusioner dunia bukankah jarang bahkan tidak ada seorang revolusioner yang hanya menjalani satu profesi saja. Kita lihat Bung Karno dia seorang arsitek dia mendua dengan menjadi seorang politikus hasilnya dia bisa membawa Indonesia pada kemerdekaan, kita liha Che Guevara dia seorang dokter namun dia mendua dengan menjadi seorang pejuang akhirnya bisa menggiring Kuba pada kemerdekaan, kita lihat Sang Junjunan Alam Muhammad SAW beliau seorang pedagang bahkan beliau bukan hanya mendua namu mentiga bahkan lebih merangakap sebagai panglima perang, sebagai tokoh revolusioner, sebagai organisator, sebagai kepala negara dan hasilnya membawa dunia kepada masa yang terang benderang seperti ini.
Bukan kah sudah cukup contoh bahwa orang-orang yang menduakan profesinya lah yang bisa membawa perubahan? Mengibarkan bendera revolusi.
Di penghujung tulisan ini sekali lagi saya haturkan dengan penuh rasa rendah hati peermohonan maaf yang maha besar bukan maksud hati ingin mendebat namun hanyalah curahan isi hati darirelung hati saudara Bung yang penuh dengan kekurangan ini. Semoga tulisan kita, percikan-percikan api peperanagn kita bisa berubah menjadi api yang sangat besar api maha membara yang berkobar di dalam setiap dada bangsa Indonesia untung berjuang mengembalikan keutuhan kemerdekaan Republik ini. Merdeka!!! Revolusi belum berkahir.               

PAMONGPRENUER


DISKUSIKU DENGAN SAHABAT (PAMONGPRENUER)
Tulisan ini di tujukan untuk menjawab atas pertanyaan Bung Adima yang di tertuang dalam tulisan beliau tempo hari.
Dan kemudian Bung bertanya ini sekolah bisniskah? Atau sekolah  pemerintahankah? Saya jawab ini adalah sekolah pemerintahan. Sudah jelas tertera dalam  nomen klatur sekolah ini. Namun saya tegaskan pemerintahan disini adalah pemerintahan dalam arti luas bukan hanya arti pemerintahan dalam kardus susu bubuk saja. Sekolah ini membentuk kader pemimpin di masa depan pemimpin yang berkarakter kuat. Di sekolah ini lah di mana di bebankan kepada setiap benaknya peserta didik cita-cita proklamasi 17 agustus 45 dan amanat UUD45.
Oleh karena itu segala kebutuhan dan keperluan peserta didik di sekolah ini di penuhi oleh negara dan selanjutnya sering di sebut anak negara. Ya, anak negara. Sudah pantaslah jikalau seorang anak membalas budi jasa ibunya walaupun tak akan pernah terbalas. Mungkin sama dengan hati saya di hati bung Adima pun ada rasa hutang yang membuncah luar biasa atas jasa negara yang memenuhi kebutuhan kita selama empat tahun.
Lantas timbul lah sebuah pertanyaan apa yang bisa kita balas kepada ibu pertiwi? Apa yang bisa kita beri kepada ibu pertiwi? Apa yang ibu pertiwi butuhkan? Apakah hanya dengan kita menjadi manusia yang hanya memakai baju kuning apel jam tujuh pagi dan pulang jam empat sore? Apakah dengan hanya kita menjadi manusia yang hanya duduk di belakang meja dan membuat konsep kebijakan? Apakah kita hanya menjadi manusia yang berseragam dan hanya mengatakan muhun pak muhun kepada atasan nya? Sungguh TIDAK masa sekali!!
Yang di butuhkan ibu pertiwi saat ini adalah seorang yang mencintai tanah airnya sepenuh hati rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk kemaslahatan umat, kemaslahatan Bangsa Indonesia. Dengan tetap setia kepada cita-cita proklamasi 17 agustus 45dengan mewjuudkan statewalfare yang utuh di bumi pertiwi ini. Dengan menjadikan negara ini bahagia dan membahagiakan negara lain. Dengan menjadikan negara ini tertolong dan menolong negara lain.
Untuk itu dengan posisi kita sebagai birokrat -insya Allah- kita sudah semestinya mewujudkan apa yang di butuhkan ibu pertiwi. Janganlah kita menutup mata sudah banyak sekali musuh dalam selimut di negeri ini. Sudah banyak sekali anak bangsa yang mencoreng muka ibu pertiwi, sudah banyak sekali anak bangsa negeri ini yang menjatuhkan kehormatan ibu pertiwi, dan bahkan sudah banyak anak bangsa yang memperkosa ibu pertiwi nau’dubillah. Apakah dengan berperang dengan manusia keji seperti itu kita hanya berjuang dengan tangan kosong? Itu adalah hal yang sangat konyol sama sekali. Gusti Allah sudah menurunkan figur dan pemimpin di setiap zaman pada masa manusia mengagungkan dan memuja sihir Allah SWT menurukan Musa sebagai jawaban, di kala manusia menganggap pengobatan adalah segalanya Allah menurukan Isa sebagai jawaban. Dan kemudian bagai mana dengan akhir zaman? Di saat di mana uang adalah segalnya? Di masa ketika manusia melupakan segalanya untuk uang? Ya sungguh Allah lah Dzat maha Agung Ia menurukan manusia mulya manusia pujaan jagat raya Muhammad SAW. Apa yang di percontohkan oleh Muhammad untuk menjawab tantangan zaman? Berdagang ! kuasai bidang ekonomi, kita harus menjadi kaya. Itu senjata kita untuk berperang di masa ini Rasulullah pun berdagang dulu baru berjuang,ya berdagang dulu baru berjuang, kaya dulu baru jaya.
Sekarang mungkin Bung Adima bisa melihat sendiri berapa banyak bayi yang menangis karena butuh susu di tanah yang kaya ini. Berapa banyak anak yang kurang gizi di negeri yang kaya akan lautan ini. Berapa banyak ibu yang menjadi pelacur untuk mencari nasi di tanah yang subur ini? Sudah banyak sekali.
Kemudian apa kah hanya dengan kebijakan lalu bayi yang meronta bisa tidur nyenyak karena perut sudah terisi susu? Apakah hanya dengan Perda mulut yang menganga dengan perut busung kelaparan bisa sehat? Apakah hanya dengan peraturan pemerintah wanita penghibur bisa berhenti melacur karena beras di dapurnya sudah cukup? Sama sekali tidak!
Sekarang coba bayangkan Bung Adima menjadi orang kaya dan menyedekahkan harta kepada sepuluh orang miskin, kemudian saya bersedekah kepada sepuluh orang miskin, kemudian seribu lima ratus praja angkatan dua satu setiap orangnya bersedekah kepada sepuluh orang miskin, kemudian ratusan ribu camat dan lurah setiap orangnya bersedekah kepada sepuluh orang msikin, kemudian juta-juta PNS setiap orangnya bersedekah kepada sepuluh orang miskin saja. Apakah masih ada orang yang kelaparan? Itu yang saya maksud Pamongprenuer. Sudah stop-lah menjadi pegawai yang miskin, sudah stop-lah menjadi pegawai yang pendapatannya hanya bisa memenuhi setengah bulan saja dan setengah bulan kemudian mengutang.
Bagaimana kita bisa bekerja maksimal sedangkan kita lapar?  Bagaiman kita bisa berjuang kalau anak dan istri merana di rumah karena hutang? Bangaimana kita bisa memberi sedangkan kita pun hanya berharap di beri gaji dari negara.
Jadilah Pamongprenuer seorang pelayan masyarakat yang kaya dan dermawan. Seorang abdi yang mengabdikan dirinya secara total dan tidak berharap pamrih dari negara. Stop sudah meminta kepada negara, stop sudah numpang makan kepada masyarakat. Sudah saatnya kita kaya sudah saatnya kita memberi.
Tulisan ini hampir habis terlepas Bung setuju atau tidak saya tidak pentingkan itu yang saya pedulikan adalah kita bersama-sama berpegangan tangan berjuang untuk menghapus air mata di pipi ibu pertiwi. 
saya harap bung bisa membaca dan rela jikalau saya menumpang untuk ikut posting tulisan ini di blog saudara.karena saya belumpunya dan belum mengerti tentang hal demikian. Dan saya tunggu jawaban Bung yang selanjutnya. Merdeka !!! Ingat REVOLUSI belum berakhir!!!