Jumat, 21 Maret 2014

PAMONGPRENUER


DISKUSIKU DENGAN SAHABAT (PAMONGPRENUER)
Tulisan ini di tujukan untuk menjawab atas pertanyaan Bung Adima yang di tertuang dalam tulisan beliau tempo hari.
Dan kemudian Bung bertanya ini sekolah bisniskah? Atau sekolah  pemerintahankah? Saya jawab ini adalah sekolah pemerintahan. Sudah jelas tertera dalam  nomen klatur sekolah ini. Namun saya tegaskan pemerintahan disini adalah pemerintahan dalam arti luas bukan hanya arti pemerintahan dalam kardus susu bubuk saja. Sekolah ini membentuk kader pemimpin di masa depan pemimpin yang berkarakter kuat. Di sekolah ini lah di mana di bebankan kepada setiap benaknya peserta didik cita-cita proklamasi 17 agustus 45 dan amanat UUD45.
Oleh karena itu segala kebutuhan dan keperluan peserta didik di sekolah ini di penuhi oleh negara dan selanjutnya sering di sebut anak negara. Ya, anak negara. Sudah pantaslah jikalau seorang anak membalas budi jasa ibunya walaupun tak akan pernah terbalas. Mungkin sama dengan hati saya di hati bung Adima pun ada rasa hutang yang membuncah luar biasa atas jasa negara yang memenuhi kebutuhan kita selama empat tahun.
Lantas timbul lah sebuah pertanyaan apa yang bisa kita balas kepada ibu pertiwi? Apa yang bisa kita beri kepada ibu pertiwi? Apa yang ibu pertiwi butuhkan? Apakah hanya dengan kita menjadi manusia yang hanya memakai baju kuning apel jam tujuh pagi dan pulang jam empat sore? Apakah dengan hanya kita menjadi manusia yang hanya duduk di belakang meja dan membuat konsep kebijakan? Apakah kita hanya menjadi manusia yang berseragam dan hanya mengatakan muhun pak muhun kepada atasan nya? Sungguh TIDAK masa sekali!!
Yang di butuhkan ibu pertiwi saat ini adalah seorang yang mencintai tanah airnya sepenuh hati rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk kemaslahatan umat, kemaslahatan Bangsa Indonesia. Dengan tetap setia kepada cita-cita proklamasi 17 agustus 45dengan mewjuudkan statewalfare yang utuh di bumi pertiwi ini. Dengan menjadikan negara ini bahagia dan membahagiakan negara lain. Dengan menjadikan negara ini tertolong dan menolong negara lain.
Untuk itu dengan posisi kita sebagai birokrat -insya Allah- kita sudah semestinya mewujudkan apa yang di butuhkan ibu pertiwi. Janganlah kita menutup mata sudah banyak sekali musuh dalam selimut di negeri ini. Sudah banyak sekali anak bangsa yang mencoreng muka ibu pertiwi, sudah banyak sekali anak bangsa negeri ini yang menjatuhkan kehormatan ibu pertiwi, dan bahkan sudah banyak anak bangsa yang memperkosa ibu pertiwi nau’dubillah. Apakah dengan berperang dengan manusia keji seperti itu kita hanya berjuang dengan tangan kosong? Itu adalah hal yang sangat konyol sama sekali. Gusti Allah sudah menurunkan figur dan pemimpin di setiap zaman pada masa manusia mengagungkan dan memuja sihir Allah SWT menurukan Musa sebagai jawaban, di kala manusia menganggap pengobatan adalah segalanya Allah menurukan Isa sebagai jawaban. Dan kemudian bagai mana dengan akhir zaman? Di saat di mana uang adalah segalnya? Di masa ketika manusia melupakan segalanya untuk uang? Ya sungguh Allah lah Dzat maha Agung Ia menurukan manusia mulya manusia pujaan jagat raya Muhammad SAW. Apa yang di percontohkan oleh Muhammad untuk menjawab tantangan zaman? Berdagang ! kuasai bidang ekonomi, kita harus menjadi kaya. Itu senjata kita untuk berperang di masa ini Rasulullah pun berdagang dulu baru berjuang,ya berdagang dulu baru berjuang, kaya dulu baru jaya.
Sekarang mungkin Bung Adima bisa melihat sendiri berapa banyak bayi yang menangis karena butuh susu di tanah yang kaya ini. Berapa banyak anak yang kurang gizi di negeri yang kaya akan lautan ini. Berapa banyak ibu yang menjadi pelacur untuk mencari nasi di tanah yang subur ini? Sudah banyak sekali.
Kemudian apa kah hanya dengan kebijakan lalu bayi yang meronta bisa tidur nyenyak karena perut sudah terisi susu? Apakah hanya dengan Perda mulut yang menganga dengan perut busung kelaparan bisa sehat? Apakah hanya dengan peraturan pemerintah wanita penghibur bisa berhenti melacur karena beras di dapurnya sudah cukup? Sama sekali tidak!
Sekarang coba bayangkan Bung Adima menjadi orang kaya dan menyedekahkan harta kepada sepuluh orang miskin, kemudian saya bersedekah kepada sepuluh orang miskin, kemudian seribu lima ratus praja angkatan dua satu setiap orangnya bersedekah kepada sepuluh orang miskin, kemudian ratusan ribu camat dan lurah setiap orangnya bersedekah kepada sepuluh orang msikin, kemudian juta-juta PNS setiap orangnya bersedekah kepada sepuluh orang miskin saja. Apakah masih ada orang yang kelaparan? Itu yang saya maksud Pamongprenuer. Sudah stop-lah menjadi pegawai yang miskin, sudah stop-lah menjadi pegawai yang pendapatannya hanya bisa memenuhi setengah bulan saja dan setengah bulan kemudian mengutang.
Bagaimana kita bisa bekerja maksimal sedangkan kita lapar?  Bagaiman kita bisa berjuang kalau anak dan istri merana di rumah karena hutang? Bangaimana kita bisa memberi sedangkan kita pun hanya berharap di beri gaji dari negara.
Jadilah Pamongprenuer seorang pelayan masyarakat yang kaya dan dermawan. Seorang abdi yang mengabdikan dirinya secara total dan tidak berharap pamrih dari negara. Stop sudah meminta kepada negara, stop sudah numpang makan kepada masyarakat. Sudah saatnya kita kaya sudah saatnya kita memberi.
Tulisan ini hampir habis terlepas Bung setuju atau tidak saya tidak pentingkan itu yang saya pedulikan adalah kita bersama-sama berpegangan tangan berjuang untuk menghapus air mata di pipi ibu pertiwi. 
saya harap bung bisa membaca dan rela jikalau saya menumpang untuk ikut posting tulisan ini di blog saudara.karena saya belumpunya dan belum mengerti tentang hal demikian. Dan saya tunggu jawaban Bung yang selanjutnya. Merdeka !!! Ingat REVOLUSI belum berakhir!!!                               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar