Jumat, 21 Maret 2014

PAMONGPRENUER II


DISKUSIKU DENGAN SAHABT (PAMONGPRENUER)
Rasa hormat dan bangga yang sangat tinggi saya sampaikan kepada Bung Adima, ssaya merasa sangat bangga sekali tulisan saya di respon dengan sangat antusias oleh Bung. Bukti nyata bahwa kita sangat berhasrat untuk memperbaiki Republik tercinta ini. Semoga saja semangat menggelora ini terus kita jalin dan bakar sampai Ibu Pertiwi benar-benar tersenyum bahagia.
Dan kemudian saya melihat ada sedikit keraguan dalam diri Bung tentang menilai masa depan saya yang di anggap “mendua” oleh Bung. Saya sangat bahagia sekali ini lah bukti bahwa kita keluarga dengan Bung sangat peduli dengan bayangan masa depan saya.
Dan dengan segala kerendahan hati tanpa rasa ingin membantah pendapat atau pun menyanggah pendapat bung apalagi membuka jurang pemisah dalam perjuangan kita nau’dubillah, izinkan saya mencurahkan isi hati saya sebagai saudara kepada Bung yang memang kita saudara kandung satu rahim manglayang.
  Sekali lagi saya mengulang bahwa ini adalah sekolah kader pemimpin bangsa yang di cetak untuk menjadi pengisi post pemerintahan—dalam arti luas—di Republik yang kita cintai ini. Sekali lagi dalam arti luas, bahkan sangat luas. Dan tujuan utama pemerintahan di negeri ini adalah melindungi dan mensejahterakan rakyat sesuai dengan amanat UUD45. Mengapa saya pikir konsep pemikiran saya relevan dan saya tepat memilih IPDN bukan sekolah bisnis?
Sesuai konsepsi dasar bahwa sekolah bisnis mencetak orang-orang yang mencari utnung sebanyak-banyak nya dan mengeluarkan modal atau uang sedikit-dkitnya(sesuai teori ekonomi) sedangkan konsep pamongpreneur yang saya utarakan adalah mencari untung yang besar untung semua dan mengeluarkan uang yang banyak untuk semua dengan cara berdagang. Kemudian timbul pertanyaan “kan PNS kerjanya 7 jam sehari kapan waktu berdagangnya? Ga profesional dong?” dan akan saya jawab bukan kah kita tidak hidup sendiri? Bukan kah kita hidup dikhalayak orang yang banyak? (Sesuai dengan definisi kempemimpinan memanfaatkan orang lain utnuk tujuan yang kita inginkan) kita bisa memanfaatkan sumber daya manusia yang berjubel di negeri ini, kita bisa mengolah itu. Selain mendapatkan keuntungan angakatan kerja terserap sekali mendayung dua puluh sampi seratus pulau terlampaui. Sangatlah efektif bukan?
Sekali lagi saya mengulang ini sekolah kader pemimpin di masa depan, kawah candradimuka para pamongpraja. Bukan sekolah PNS biasa!! Kalau hanya mengandalkan kemapuan intelektual, hanya mengandalkan jago mengkonsep sudah saja Bung sekolah di kampus tetangga kita. Toh apa bedanya? Sangatlah rugi negara memenuhi kebutuhan kita selama empat tahun kalau sama saja.  Sudah jelas esensi pamongpraja terlebih pamongpreunuer adalah memanfaatkan segaenap sumberdaya untuk mencapai tujuan utama pemerintahan yaitu mensejahterakan dan melindungi rakyat, menjadikan rakyat Indonesia kaya, menjadikan rakyat kita sejahtera, menjadikan rakyat kita bahagia. dengan segala cara asalkan tidak menentang norma yang berlaku.
Sekarang kita mengingat tentang masa depan saya yang di anggap Bung “mendua”. Coba kita perhatikan tokoh-tokoh revolusioner dunia bukankah jarang bahkan tidak ada seorang revolusioner yang hanya menjalani satu profesi saja. Kita lihat Bung Karno dia seorang arsitek dia mendua dengan menjadi seorang politikus hasilnya dia bisa membawa Indonesia pada kemerdekaan, kita liha Che Guevara dia seorang dokter namun dia mendua dengan menjadi seorang pejuang akhirnya bisa menggiring Kuba pada kemerdekaan, kita lihat Sang Junjunan Alam Muhammad SAW beliau seorang pedagang bahkan beliau bukan hanya mendua namu mentiga bahkan lebih merangakap sebagai panglima perang, sebagai tokoh revolusioner, sebagai organisator, sebagai kepala negara dan hasilnya membawa dunia kepada masa yang terang benderang seperti ini.
Bukan kah sudah cukup contoh bahwa orang-orang yang menduakan profesinya lah yang bisa membawa perubahan? Mengibarkan bendera revolusi.
Di penghujung tulisan ini sekali lagi saya haturkan dengan penuh rasa rendah hati peermohonan maaf yang maha besar bukan maksud hati ingin mendebat namun hanyalah curahan isi hati darirelung hati saudara Bung yang penuh dengan kekurangan ini. Semoga tulisan kita, percikan-percikan api peperanagn kita bisa berubah menjadi api yang sangat besar api maha membara yang berkobar di dalam setiap dada bangsa Indonesia untung berjuang mengembalikan keutuhan kemerdekaan Republik ini. Merdeka!!! Revolusi belum berkahir.               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar