Minggu, 20 April 2014

Indonesia Sistem Banci


Dari Budiana saudara sekawahcandara di muka Bung, untuk Zulfikri salah satu Gatotkaca yang keluar dari kawah candra dimuka kampus Sumbar.
BHINEKA NARA EKA BHAKTI !!!
Salam hangat dari saudaramu di jatinangor kami sampaikan untuk Bung di cilandak, semoga bung baik-baik saja dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
Tempo hari saya membaca tulisan Bung tentang Demokrasi Konstitusional atau Khalifah, itu merupakan tulisan yang sangat luar bisa bagus sekali dan membuat saya bangga akan teman satu kamarku –ketika di Sumbar- ini. Serta membuat saya lebih percaya bahwa Bung adalah salah satu yang di banggakan oleh kami keluraga besar kampus sumbar.
Dan sebetulnya saya sangat tertarik sekali dengan tulisan bung tersebut namun karena kesibukan dan segala macamnya saya baru menyempatkan menulis saat ini.
Dalam tulisan tersebut saya melihat bung begitu mempertanyakan kenapa orang Islam garis keras begitu ngotot untuk menegakan kekhalifahan? Toh Sistem  yang baik itu tidak menjamin segala sesuatunya menjadi baik, semuanya tergantung pada manusia yang menjalankan sistemnya. Bukan begitu?  Tegur saya jika saya salah.
Mungkin saya bisa mengatakan sayan kurang sependapat dengan hal itu, kenapa? karena bagi saya sistem yang mempengaruhi pergerakan manusia. Mungkin bung akan bertanya lagi sudah kurang bagus apa sistem di Indonesia? Sudah berapa banyak peraturan di Indonesia? Toh masih saja ada gayus, akil mukhtar, dan nazarudin dan sebagainya?
Saya bisa mengatakan sebagai anak negara, sebagai manusia yang di besarkan negara, sebagai pemuda yang di belai langsung oleh kasih sayang Ibu pertiwi, sebagai yang calon Abdi Negara bahwa sistem yang berjalan di Indonesia itu banci, tidak jelas.
Dilihat dari sejarah Bung boleh bisa bertanya kepada kakek nenek bung -jika masih ada- apa yang di cita-citakan mereka dari lahirnya Republik ini? Apa tujuan dari lahirnya Republik ini, dan membaca beberapa buku serta iseng bertanya kepada tetangga saya yang ikut berjuang pada masa itu kemudian dia menjawab “yang di cita citakan kami adalah sebuah negara yang gemah ripah loh jinawi, tata-titi-tentrem, silih asah silih asih silih asuh, akur jeng dulur tur ngajag lembur.”
Itu lah yang di cita-cita kan mereka kemudian hal itu direkam oleh para pendiri Republik ini dalam pembukaan UUD 45, yang salah satunya bunyinya adalah “kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial..”
Kemudian ada pertanyaan tatanan masyarakat seperti apa kah itu? Iya itu masyarakat sosialis, masyarakat sosialis ala Indonesia yaitu masyarakat madani sosialis dengan sentuhan Religius. Itu lah yang di cita-cita kan bangsa kita. Kemudian apakah Indonesia sekarang menjadi Negara yang berfahamkan seperti itu? Tidak sama sekali !! itulah yang menyebabkan datang nya Nazarudin Cs. Sistem yang tidak jelas melahirkan manusia manusia tidak jelas.
Lalu banyak lah pemuda-pemuda kita yang belajar kebarat belajar ke Amerika, Inggris dan lain sebagainya karena para pemuda kita “menganggap” mereka negara maju nan sejahtera. Dan akan di terapkan di negeri kita ya dan sekarang sudah berjalan, apakah sukses? Tidak sama sekali malah muncul manusia Akil muhktar dll. Karena sistem seperti ini tidak cocok sama sekali dengan kepribadian kita.
Mungkin bung berargumen seperti yang ada di kicauan bung dalam sosial media, toh amerika juga maju dengan demokrasinya ?!  tapi Dari segi apa? Memang betul Amerika mempunyai Las Vegas yang megah, memang betul Amerika mempunyai Peralatan perang yang gagah dan menakutkan. Tapi apakah Bung tahu hutang Amerika mencapai Rp 170.000 Triliun? Tapi apakah Bung tahu di Amerika terjadi pembunuhan 50 kali dalam sehari? Yang mengakibtakan tingkat kriminal tertinggi di dunia? Itukah negara maju? Masyarakat adil dan makmur yang kita cita-citakan? Sama sekali tidak !!!
apakah bung mau anak cucu kita esok hari menanggung beban hutang sebesar itu? Tentu tidak kan? Apakah bung mau anak cucu kita saling bunuh seperti di amerika? Naudzubillah, sungguh Bung pun tidak mau dengan hal tersebut.
Ahh cina maju dengan sentralistiknya?? Maju bagian mananya? Iya memang China punya sanghai yang begitu maju, China punya Beijing yang begitu megah, Hongkong yang begitu keren. Dan banyak miliarder-miliarder dunia yang sekarang jebolan orang-orang cina. Karena memang kota-kota tersebut di liberalkan di kapitaliskan. Apakah tahu Bung china dari kota-kota lain? apakah tahu bung di honkong saja masih ada yang tinggal di apartemen yang hanya seluas toilet? Berarti beta jomplang nya, betang terbentang sangat luasnya jarak antar si miskin dan si kaya, begitukah masyarakat adil dan makmur? Tidak sama sekali !!!
Lalu malaysia dia maju dengan monarkinya? Iya maju semakin maju batas daerahnya hingga mencaplok wilayah Republik kita. Dan sering membuat hal provokasi terhadap Republik kita itu adalah efek dari ego kerajaan yang merasa bahwa dia adalah raja dan yang lain rakyatnya tidak ada keadilan sosial disana, kalau ada raja berarti masih ada kasta, masih ada skat antara raja dan rakyat itukah cita-cita kita? Tidak sama sekali.
Yang di cita-citakan oleh bangsa kita adalah rakyat dan pemerintah bersatu padu membangun Negara tercinta kita.
  Itukan sistem politik? Apa hubungannya dengan kesejahteraan? Berbicara politik berarti berbicara kekuasaan, berbicara sistem politik berarti sistem yangmembentuk sebuah kekuasaan. Apakah akan ada kakuasaan yang baik jika sistemnya tidak baik? Apakah akan ada lahir penguasa baik dari sistem yang tidak baik?  Saya beranggapan bahwa Sistem yang baik akan menciptakan peraturan yang baik dan akan menghasilkan manusia yang baik.
Jika boleh saya analogikan terhadap suatu balapan, Bung apakah pernah melihat dalam suatu balapan lalu salah satu pembalap berjalan sangat lambat sekali sedangkan yang lain kencang sekali? Pernahkah tentu belum pernah bukan? Karena sistem dalam arena balap memaksa pemblap harus memacu kendaraannya untuk semakin cepat jadi semuanya akan cepat walaupun ada yang tercepat. Tapi selambat-lambatnya kendaraab di arena balap tentu akan paling lambat di arena biasa? Bukan begitu?
Kemudian saya akan beri contoh lagi, Alhamdulillah saya dengan Bung di berikesempatan untuk bersekolahdi sekolah yang penuh aturan, nah sekrang bung lihat apakah Bung pernah lihat ada peserta didik kita yang berlenggang kangkung memakai baju bebas di areal kampus kita? Tentu tidak kan? Sednagkan di kampus lain? Banyak sekali!! Karena sistem kita memkasakan peserta didiknya seperti itu.
Kalau boleh saya pinjam perumpamaan Felix Siauw, dai berujar kurang lebih demikian. Apakah bung tahu pasar tradisional yang becek? Dan tentu bung sangat tahu dengan mall bukan? Kita bandingkan manusia manusia di dalamnya. Pernahkah bung melihat orang meludah sembarangan di tanah pasar tradisional yang becek dan kotor? Tentu pernah bukan? Tapi pernah kah bung melihat orang sembarangan meludah sembarangan di lantai mall yang bersih mengkilap? Tentu tidak ada kan? Karena sistem di Mall menciptakan suasana rapih bersih dan tertib.
Ah itukan kebetulan saja karena yang datang ke pasar tradisional itu orang-orang kampung nan udik jadi gak tahu aturan? Mungkin bung berujar demikian, Jikalau Bung tidak percaya silahkan bung  bawa salah satu Bung ke Mall apakah dia akan meludah sembarangan, dan saya yakin tidak akan. Karena situasi akan memaksa manusia berubah dan situasi dilahirkan oleh sistem.
Dan sekarang kita lihat zaman kekhalifahan. Pernah kah Bung mendengar ada koruptor ketika itu?Pernahkah Bung mendengar ada banyak manusia seperti Akil Mukhtar? Tentu kalau ada jumlahnya sangat sedikit sekali. Dan pernahkah Bung mendengar ada emas yang tergeletak sembarangan di jalan dan semua orang tidak mau mengambilnya karena tahu itu bukan hak nya, pernah kah? Pada zaman kapan itu? Itu terjadi pada zaman kekhalifahan. Karena pada saat itu sistem yangberjalan sistem yang sempurna dan menghasilkan peraturan yang sempurna kemudian melahirkan manusia-manusia unggulan.
Kemudian kita kembali kepada Republik kita tercinta, sistem mana yang di anut sekarang? Demokarsi Amerika kah? Sentralisasi cina kah? Sosialis Demokrasi Indonesia kah? Monarki Malaysia kah? Semuanya tidak jelas, dan mengahsilkan peraturan yang tidak jelas juga dan melahirkan manusia Nazrudin, manusia Akil Mukhtar dan lain sebagainya.  
Masihkah bung menilai tidak ada hubungan antara sistem politik dengan kesejahteraan? Tentu itu bung sendiri yang punya jawaban.  
  Tulisan saya hampir selesai dan dengan penuh kerendahan hati dan kerukuan jiwa saya meminta maaf terhadap apa yang saya tulis, saya tidak berniat untuk bertambrakan dengan bung hingga hancur, sama sekali tidak, saya tidak berniat untuk bersebrangan dengan bung hingga kita berada dalam jurang yang jauh tidak sama sekali, anggaplah ini pelukan hangat dari saudra bung ini anggaplah ini merupakan gesekan yang mempertajam kita punya pedang, anggap lah ini satu tempaan satu sama lain hingga kita mempunyai palu yang kokoh untuk menyelesaikan pembanguna di Bumi Pertiwi. Saya sangat berharap bung dapat membalas tulisan ini dan memberi ilmu-ilmu Bung yang lainkepada saya. Tentunya saya dengan Bung mempunya hati yang sama mempunyai rasa yang sama, mempunyai semangat yang berkobar mempunyai jiwa yang memukul bergema dalam rongga dada akan perbaikan di negeri ini. Untuk itu semoga tulisan ini memper erat tali kita semakin merapatkan barisan kita dalam rangka menerbangkan kembali Sang Elang Garuda Indonesia di kancah dunia.  BHINEKA NARA EKA BHAKTI !!! REVOLUSI BELUM BERAKHIR !!! INDONESIA JAYA

                        

1 komentar:

  1. Terimakasih atas atensi yang telah saudaraku Budiana berikan. Sebuah kehormatan bagi saya untuk bisa bertukar pendapat dengan saudara, karena sahabat saya Budiana sudah terlebih dahulu berkenalan dengan pemikiran kenegaraan Soekarno ketimbang saya dan rekan-rekan yang lain 

    Untuk persoalan yang pertama, saya sependapat bahwa sistem tentu saja memberikan warna tersendiri bagi keseluruhan unsur yang ada didalamnya, akan tetapi yang menjadi konsentrasi dari pembahasan sebelumnya adalah merubah sistem tidak serta merta mampu menjadikan segalanya jadi lebih baik. Mengenai peradaban unggul yang pernah diraih ke khilafahan Islam tidak serta merta menjadi premis akhir bahwa sistem tersebutlah yang paling cocok untuk kita jalankan, karena bisa saja Yudhi Rengga sokam kita bakal protes karena yang terbaik menurut ia adalah sistem pemerintahan yang dipakai oleh Kerajaan Majapahit karena pada saat itu kawasan ia mampu menguasai Asia Tenggara hingga ke Formosa dibagian utara dan Madagaskar di barat, bahkan dalam beberapa literasi dalam masa keemasannya kantong emas yang sengaja di jatuhkan di jalan tak ada orang yang terdorong untuk mencuri, dan tentu saja Zulian Decky dari Sumsel bakal protes juga karena jauh sebelum Majapahit ada kerajaan Sri Wijaya telah tumbuh menjadi kerajaan Bahari yang digdaya, pusat perkembangan ajaran Budha di Asia tenggara, stabilitas dan hubungan pusat dan daerah yang terjaga dengan baik, dan kesejahteraan yang terngiang hingga mampu buat cemburu dataran China. Ketiganya kemudianpun tenggelam dalam pusaran sejarah. Dan memilih untuk memakai salah satu dari ketiganya tidak serta merta mampu menjadikan keadaan menjadi lebih baik, karena banyak sekali variabel penentu yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi sebuah sistem, apakah itu suprastuktur pemerintahannya, infrastuktur sosial-budaya-agama, dsb. Analogi mall dan pasar bagus sekali, tetapi semuanya tidak berjalan sesederhana itu sahabat.

    Kedua, bahwa demokrasi konstitusional merupakan sistem yang sebenarnya mengakar dalam konteks historitas budaya maupun kelembagaan di Indonesia. Kita tidak berbicara tentang sistem Demokrasi Amerika, dia yang harus belajar ke Indonesia, Hal ini dibuktikan dengan nilai-nilai Pancasila yang merupakan kristalisasi nilai-nilai kearifan leluhur Bangsa Indonesia. Menurut Bung Karno, Lima (5) sila dari Pancasila itu bisa diperas kedalam 3 poin utama (trisila) yaitu sosio-demokrasi, sosio-nasionalisme, dan ketuhanan yang berkudayaan. Namun 3 poin tersebut sesungguhnya bersumber dari satu nilai yang paling esensial bagi bangsa Indonesia yaitu gotong royong, nilai kegotongroyongan inilah yang menjadi pijakan sistem demokrasi konstitusional kita. Yang kita maksudkan disini bukan demokrasi secara sempit, namun lebih ke substansinya yang telah saya jelaskan pada catatan sebelumnya. kita boleh saja belajar tentang barat dan timur tetapi jangan lupa untuk menjadi Indonesia.

    Sekian dulu balasannya, trimakasih sudah membaca dan menanggapi isis tulisan saya sebelumnya, sebuah kehormatan dan kebanggaan..

    Salam hangat untuk seluruh Saudara Prabu di Manglayang 



    BalasHapus