Minggu, 20 April 2014

KOMUNIS BAGIAN DARI KITA



“Heeh da si eta mah bapa na ge komunis jadi wajar kitu oge.” Itu adalah kalimat yang di lontarkan oleh  Ayahku ketika sedang memperhatikan prilaku seseorang yang cenderung radikal dan mengarah kepada premanisme.
Saya bisa mengatakan bahwa Pak Harto beserta rengrengan Orde Barunya sangatlah luar biasa sukses. Sukses dalam hal apa? Pembangunan? Iya, bisa saya katakan seperti itu, KB? Sangat bisa, malahan dengar dari kabar burung pada saat itu Indonesia mendapat penghargaan dari dunia sebagai negara yang terhitung sukses dalam menjalankan KB. Harga murah? Bisa jadi, tapi itu hanya sementara buktinya sekarang mahal lagi kan. Mengkambing hitamkan Komunis? Menggiring rakyat untuk membenci komunis? Meng”setan”kan komunis? alangkah sangat luar biasa suksesnya Pak Harto dan Orde Baru dalam hal ini. Buktinya sudah berpuluh tahun mungkin tiga generasi Rakyat Indonesia sangat sensitif dengan segala sesuatu yang berbau komunis.
“awas jangan dekat-dekat Kakeknya dia kan Komunis.” Sangat sering sekali ketika kecil Ibu-Ibu mengatakan hal tersebut ketika melihat teman saya yang memang nakal -menurut saya wajar karena masih kecil- agar anaknya menjauhinya. Kan yang komunis kakeknya kenapa dia yang di salahkan? Apakah anaknya bahkan cucunya harus menanggung beban dosa dan kelaknatan –kalau memang harus seperti itu- Kakeknya.
Paradigma tersebut merupakan salah satu kesuksesan besar Orde Baru dalam menjauhkan Indonesia dari pribadinya sendiri. Paradigma yang membenci komunis, Ya paradigma yang mengutuk Komunis. Padahal jika semua kita tahu Bahwa Komunisme adalah anak dari Sosialisme dan Sosialisme adalah bagian dari Pancasila. Itulah sebabnya di muka paragrap mengatakan hal demikian.
Ah komuniskan anti Tuhan, komunisakan kejam, kasar, jahat dan sebagainya. Jelaslah bertentangan dengan Pancasila. Mungkin sebagian orang akan mempunyai pemikiran seperti itu mungkin juga pembaca salah satunya. Saya akan mencoba membuka pikiran kita semua. Komunis anti Tuhan? Tidak salah karena mungkin di Eropa sana orang penganut Komunisme tidak percaya Tuhan atau atheis karena berfikiran ultramatrialisme ataupun filosofis-matrialisme. Tapi perlu kita garis bawahi bahwa Komunisme atau Sosialisme adalah suata Ideologi sedangkan Agama adalah theologi jadi keduanya bisa di-synthesir.
H.O.S Tjokroaminito pernah melakukan penyelidikan sedjarah yang di ambil dari buku-buku karangan sardjana Islam sendiri maupun dari para Orientalis. Dan hasil penyelidikan tersebut mengatakan bahwa negara Islam yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW dan 4 sahabatnya, berturut-turut yang kita kenal dengan khulafaur-rasyidin adalah “berisikan masyarakat soaialis yang memang susuai dengan ajaran-ajaran Islam ; malahan bahwa sewaktu Sayidina Umar, susunan Pemerintahannya dan masyarakatnya adalah Communistis-militaristis dalam batas-batas adjaran Islam.” H. Roeslan Abdulghani Ampera (926:1961). Itu merupakan suatu bukti yang kuat bukan? bahwa Islam dengan Sosialisme bisa di-sythesir. Kemudian lihat bahwa riba dan penghisapan sama- sama di haramkan oleh kedua kubu ini . kemudian Islam memerintahkan umatnya untuk berzakat dan sosialis memenganjurkan penganutnya melakukan hal kedermawanan. Bukankah semuanya seirima dan beriringan dan sepakat anti-kapitalisme yang menghisap. Karena kedua faham ini lahir untuk memberantas ketidak adilan dan menebarkan kebahagiaan untuk bersama, tidak hanya kebahagiaan untuk si kaya saja, tidak hanya untuk tuan tanah saja, tidak hanya untuk penguasa saja. Tapi semuanya si nelayan kecilpun bahagia, si petanipun bahagia, si Kang adeng dan si teteh eti pun ikut bahagia. Semuanya bahagia.
Komunis itukan kasar, komunis itukan baragajul, komunis itukan tidak berpendidikan. memang itu benar sama sekali kenapa komunis kasar? Itu karena dampak dari sebuah ketidak adilan, itu adalah sebuah reaksi dari jiwa yang tertindas dari jiwa yang tersiksa, apa yang anda rasakan ketika anda kelaparan dan yang lain membuang-buang makanan karena kelebihan? Bertindak kasar bukan? Komunis itu baragajul iya, karena mereka mencari teman mencari kelompok yang hidup sama rasa senasib sepenanggungan karena tidak ada teman bagi mereka dari kalangan orang elit, intinya pada umumnya orang kaya tidak mau berteman dengan orang miskin. Jadi mereka mencari teman yang senasib dengan nya, bukankah itu hal yang manusiawi? Komunis itu tidak berpendidikan. Sekarang sodara-sodara semua berlogika jangankan untuk sekolah besok saja bahkan sebentar siang -jikalau sedang pagi-  saja tidak tahu mau makan apa. Karena mereka miskin, karena mereka kaum papa, karena mereka rakyat jelata. Bukan berarti mereka tidak mau untuk sekolah dan mengecap pendidikan. Tapi mereka tak mampu untuk membayarnya. Dari pada dasarnya sosialis adalah suatu tindakan bersama-sama dari kaum yang miskin, sebuah panggilan jiwa yang alamiah dari pada manusia untuk mengangkat derajatnya.
Dalam hal ini bukan berarti saya menyamakan Sosialisme dengan Islam tidak sama sekali. Bukan berarti Budiana menyamakan Manifesto Komunis dengan Al-Qur’an tidak sama sekali Naudzubillah. Saya sendiri adalah Islam orang tua saya Islam dan di besarkan di lingkungan yang Islami. Saya tahu betul bahwa Islam adalah satu-satunya cahaya kebenaran. Tidak di perlukan ajaran lain karena Islam sudah benar dan paling benar. Hanya saja selama ini ada pertanyaan dan bahkan jujur saja saya pernah terindoktrinasi bahwa komunis atau sosialis itu jahat, padahal tidak sama sekali. Bahkan itu bagian dari Pancasila, itu bagian dari cita-cita rakyat Indonesia sodara-sodara pernah membaca pembukaan UUD 45 yang berisika tujuan Negara Indonesia salah satunya adalah tatanan Rakyat adil dan makmur, tatanan rakyat adil dan makmur adalah tatanan rakyat sosialisme.     
          
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar