Tahun pesta
Demokrasi, ya bisa saya katakan seperti itu tahun ini adalah Tahun pesta
demokrasi. Lantas apa itu demokrasi? Ohhh demokrsi itu pemilu, ohhh demokrasi itu kampanye, ohh
demokrasi itu pawai bawa motor panas-panasan sambil pake baju pemberian orang,
ohh demokrasi itu nyoblos masuk bilik coblos gambarnya celup tinta di jari
setelah itu,ya tidur lagi, ya melamun lagi. Seperti itu kah demokrasi?
Secara etimologi
demokrasi berasal dari dua suku kata “demos” dan “cratos” . demos artinya
rakyat dan cratos artinya kekuasaan sehingga demokrasi bermakna kekuasaan di
tangan rakyat. Ya sangat jelas kekuasaan ditangan rakyat, biar saya ulang satu
kali lagi KEKUASAAN DI TANGAN RAKYAT. Jika kekuasaan di tangan rakyat berarti
penguasanya adalah rakyat, jika rakyat penguasanya sudah jelas berarti yang
bukan rakyat adalah pelayannya, jika rakyat adalah penguasa sudah jelas rakyat
harus dilayani oleh pelayannya, sudah jelas penguasa itu lebih tinggi
kedudukannya dari pada pelayannya, sudah jelas penguasa itu lebih sejahtera
dari pada pelayannya. Dan berbahagilah, Indonesia adalah negara penganut
demokrasi malahan menjadi Role Model pelaksanaan demokrasi untuk negara lain.
Ya Indonesia
membanggakan sekali menjadi negara demokrasi yang di contoh. Dan kemudian
apakah rakyatnya sudah menjadi penguasa? Dan kemudian apakah rakyat nya sudah
dilayani layaknya penguasa? Dan apakah rakyatnya sudah sejahtera?
Indonesia apakah
sudah demikian? Saya bertanya sekali lagi apakah Indonesia sudah demikian?
Apakah si bayi sudah tidak busung lapar lagi? Apakah si pengamen sudah sekolah
lagi? Apakah kang Adeng sudah tidak dihina karena menghutang terus untuk makan
dan susah untuk membayarnya? Apakah teh enok sudah tidak lagi di ancam phk di
pabriknya karena tidak memilih majikannya yang mencalonkan di pemilu? Apakah si
rakyat jelata tidak dipukuli lagi karena di kejar-kejar rentenir? Apakah si
pedagang kecil sudah tidak di gusur lagi? Dan jawabannya bisa sodara lihat
dengan mata sodara sendiri. Tentunya masih ada anak kecil yang harusnya sekolah
malah mengamen diperempatan, tentunya masih banyak kang Adeng- kang Adeng yang
melulu menghutang kewarung untuk makan dan dicaci maki terlebih dahulu sebelum
di beri, tentunya masih banyak teh enok-teh enok yang di paksa memilih karena
majikannya menyalonkan diri di pemilu, tentunya si PKL masih saja berdegup
kencang jantungnya saat berdagang. Yang mereka lakukan padahal hanyalah untuk
makan, ya hanya untuk makan dan kehidupannya sehari-hari.
Padahalkan mereka
semua rakyat di negara demokrasi rakyat adalah penguasa, terus mengapa nasib
mereka demikian? Selalu bergatung pada keberuntungan hanya untuk makan. Karena
yang di anut oleh Indonesia dan semua negara kapitalis adalah demokrasi liberal
dan saya katakan demokarasi tersebut adalah demokrasi yang tidak cocok sama
sekali dengan karakter bangsa kita. Demokrasi tersebut adalah demokrasi yang
salah sama sekali, demokrasi tersebut adalah demokrasi yang keliru sama
sekali,demokrasi tersebut demokrasi yang tidak layak sama sekali. Ya demokrasi
50+1 adalah demokrasi yang salah, apa itu demokrasi 50+1 baik akan saya
terangkan secara singkat demokrasi itu adalah demokrasi yang digunakan di
Indonesia saat ini dimana pemenang adalah suara terbanyak jadi jika ada seratus
pemilih dan dua yang dipilih maka pemenangnya minimal 51 suara atau 50%+1%
tidak peduli siapa yang memilih, tidak peduli dia mau profesor, dia mau tidak
sekolah, dia mau pelacur, dia mau ustad, dia mau pemabuk, dia mau cendikiawan
tetap saja dihitung sama disama ratakan.
Para penganut
demokrasi dengan bangga mengatakan suara rakyat adalah suara Tuhan. Ya menurut
mereka demikian, artinya harus di hargai. Tapi ingat dalam demokrasi jika ada
lima orang dan keempat orang diantaranya salah dan satu orang yang benar maka yang
satu orang itulah penjahatnya. Jadi coba bayang jika dalam lima orang dan empat
orang adalah perampok dan satu orang adalah bukan perampok kemudian para
perampok merencanakan untuk melaksanakan aksinya namun di larang orang satu
orang yang bukan perampok maka yang satu orang itulah penjahatnya karena tidak
sesuai dengan suara mayoritas dan sudah jelas penjahat sudah seharusnya diberi
sanksi pada akhirnya si bukan rampoklah yang di beri sanksi. Itulah demokrasi
dan saya bertanya itukah suara Tuhan? Ataukah suara setan?
Dan seharusnya
demokrasi seperti apa yang di harapkan dan cocok untuk bangsa Indonesia?
demokrasi yang cocok itu adalah musyawarah mufakat bukan voting-votingan,
dimana semua pendapat diakomodir dan dicari jalan terbaik kemudian diambil keputusan
oleh satu orang pemimpin dan demokrasi tersebut bisa dikatakan demokrasi
terpimpin, demokrasi seperti itulah yang dilaksanakan para leluhur kita yang
sudah sejak lama di laksanakanya. Demokrasi seperti itulah yang dicontohkan
Nabi Muhammad SAW. Karena dalam demokrasi seperti ini tidak ada gontok-gontokan
satu sama lain, dimana tidak ada balas-balas puisi yang menjelekan satu sama
lain, tidak ada garis aku dan kamu,kita dan mereka. Tapi duduk bersama dalam
satu meja kemudian bicarakan musyawarahkan sehingga mencapai mufakat, memang
benar demokrasi semacam ini tidak bisa diberlakukan di setiap waktu karena
memakan waktu tapi demokrasi seperti ini adil dan memang harus dikedepankan.
Adil untuk masyarakat adil untuk si rakyat sang penguasa.
Coba bayangkan
suatu hari itu ketika hari pemilu dengan gagahnya si buruh pabrik bisa memilih
siapa sebagai yang akan melayaninya layaknya penguasa, namun besoknya dia
dipecat dari pabrik karena tidak memilih sesuai dengan apa yang diperintahkan
atasannya. Adilkah itu? Coba bayangkan si Ibu tani yang tua renta memilih di
hari pemilu dengan penuh harap kepada sang Heru Cakra yang berkoar-koar menebar
janji untuk melayani padahal tidak pernah ditepati. Adilkah itu? Tentu
jawabannya tidak sama sekali !!
Sodar-sodara tulisan
ini akan segera berakhir dengan apapun yang saya tulis tentunya masih banyak
kekurangan dan saya tidak sama sekali memaksa untuk setuju dengan saya toh saya
tidak punya kekuasaan untuk memaksa, untuk itu saya menunggu ilmu-ilmu lain
dari sodara-sodaraku sebangsa dan setanah air. Semoga saja ada yang sudi
mengkritisi ataupun berdiskusi tentang tulisan ini saya sangat senang jika ada.
Semoga melalui diskusi dan kristisi dari sodara-sodara bisa menjadi pengasah
bagi saya pribadi dan gesekan-gesekan diskusi tersebut bisa menjadi
percikan-percikan hingga menjadi api yang maha dahsyat, api semangat yang
berkobar menjilat langit dalam dada kita semua untuk melanjutkan revolusi
Indonesia kita yang semakin melenceng karena REVOLUSI SUNGGUH BELUM BERAKHIR !!
BHINEKA NARA EKA BHAKTI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar