Sabtu, 05 April 2014

SUARA TUHAN ATAU SUARA SETAN



Tahun pesta Demokrasi, ya bisa saya katakan seperti itu tahun ini adalah Tahun pesta demokrasi. Lantas apa itu demokrasi? Ohhh demokrsi  itu pemilu, ohhh demokrasi itu kampanye, ohh demokrasi itu pawai bawa motor panas-panasan sambil pake baju pemberian orang, ohh demokrasi itu nyoblos masuk bilik coblos gambarnya celup tinta di jari setelah itu,ya tidur lagi, ya melamun lagi. Seperti itu kah demokrasi?
Secara etimologi demokrasi berasal dari dua suku kata “demos” dan “cratos” . demos artinya rakyat dan cratos artinya kekuasaan sehingga demokrasi bermakna kekuasaan di tangan rakyat. Ya sangat jelas kekuasaan ditangan rakyat, biar saya ulang satu kali lagi KEKUASAAN DI TANGAN RAKYAT. Jika kekuasaan di tangan rakyat berarti penguasanya adalah rakyat, jika rakyat penguasanya sudah jelas berarti yang bukan rakyat adalah pelayannya, jika rakyat adalah penguasa sudah jelas rakyat harus dilayani oleh pelayannya, sudah jelas penguasa itu lebih tinggi kedudukannya dari pada pelayannya, sudah jelas penguasa itu lebih sejahtera dari pada pelayannya. Dan berbahagilah, Indonesia adalah negara penganut demokrasi malahan menjadi Role Model pelaksanaan demokrasi untuk negara lain.
Ya Indonesia membanggakan sekali menjadi negara demokrasi yang di contoh. Dan kemudian apakah rakyatnya sudah menjadi penguasa? Dan kemudian apakah rakyat nya sudah dilayani layaknya penguasa? Dan apakah rakyatnya sudah sejahtera?
Indonesia apakah sudah demikian? Saya bertanya sekali lagi apakah Indonesia sudah demikian? Apakah si bayi sudah tidak busung lapar lagi? Apakah si pengamen sudah sekolah lagi? Apakah kang Adeng sudah tidak dihina karena menghutang terus untuk makan dan susah untuk membayarnya? Apakah teh enok sudah tidak lagi di ancam phk di pabriknya karena tidak memilih majikannya yang mencalonkan di pemilu? Apakah si rakyat jelata tidak dipukuli lagi karena di kejar-kejar rentenir? Apakah si pedagang kecil sudah tidak di gusur lagi? Dan jawabannya bisa sodara lihat dengan mata sodara sendiri. Tentunya masih ada anak kecil yang harusnya sekolah malah mengamen diperempatan, tentunya masih banyak kang Adeng- kang Adeng yang melulu menghutang kewarung untuk makan dan dicaci maki terlebih dahulu sebelum di beri, tentunya masih banyak teh enok-teh enok yang di paksa memilih karena majikannya menyalonkan diri di pemilu, tentunya si PKL masih saja berdegup kencang jantungnya saat berdagang. Yang mereka lakukan padahal hanyalah untuk makan, ya hanya untuk makan dan kehidupannya sehari-hari.
Padahalkan mereka semua rakyat di negara demokrasi rakyat adalah penguasa, terus mengapa nasib mereka demikian? Selalu bergatung pada keberuntungan hanya untuk makan. Karena yang di anut oleh Indonesia dan semua negara kapitalis adalah demokrasi liberal dan saya katakan demokarasi tersebut adalah demokrasi yang tidak cocok sama sekali dengan karakter bangsa kita. Demokrasi tersebut adalah demokrasi yang salah sama sekali, demokrasi tersebut adalah demokrasi yang keliru sama sekali,demokrasi tersebut demokrasi yang tidak layak sama sekali. Ya demokrasi 50+1 adalah demokrasi yang salah, apa itu demokrasi 50+1 baik akan saya terangkan secara singkat demokrasi itu adalah demokrasi yang digunakan di Indonesia saat ini dimana pemenang adalah suara terbanyak jadi jika ada seratus pemilih dan dua yang dipilih maka pemenangnya minimal 51 suara atau 50%+1% tidak peduli siapa yang memilih, tidak peduli dia mau profesor, dia mau tidak sekolah, dia mau pelacur, dia mau ustad, dia mau pemabuk, dia mau cendikiawan tetap saja dihitung sama disama ratakan.
Para penganut demokrasi dengan bangga mengatakan suara rakyat adalah suara Tuhan. Ya menurut mereka demikian, artinya harus di hargai. Tapi ingat dalam demokrasi jika ada lima orang dan keempat orang diantaranya salah dan satu orang yang benar maka yang satu orang itulah penjahatnya. Jadi coba bayang jika dalam lima orang dan empat orang adalah perampok dan satu orang adalah bukan perampok kemudian para perampok merencanakan untuk melaksanakan aksinya namun di larang orang satu orang yang bukan perampok maka yang satu orang itulah penjahatnya karena tidak sesuai dengan suara mayoritas dan sudah jelas penjahat sudah seharusnya diberi sanksi pada akhirnya si bukan rampoklah yang di beri sanksi. Itulah demokrasi dan saya bertanya itukah suara Tuhan? Ataukah suara setan?
Dan seharusnya demokrasi seperti apa yang di harapkan dan cocok untuk bangsa Indonesia? demokrasi yang cocok itu adalah musyawarah mufakat bukan voting-votingan, dimana semua pendapat diakomodir dan dicari jalan terbaik kemudian diambil keputusan oleh satu orang pemimpin dan demokrasi tersebut bisa dikatakan demokrasi terpimpin, demokrasi seperti itulah yang dilaksanakan para leluhur kita yang sudah sejak lama di laksanakanya. Demokrasi seperti itulah yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Karena dalam demokrasi seperti ini tidak ada gontok-gontokan satu sama lain, dimana tidak ada balas-balas puisi yang menjelekan satu sama lain, tidak ada garis aku dan kamu,kita dan mereka. Tapi duduk bersama dalam satu meja kemudian bicarakan musyawarahkan sehingga mencapai mufakat, memang benar demokrasi semacam ini tidak bisa diberlakukan di setiap waktu karena memakan waktu tapi demokrasi seperti ini adil dan memang harus dikedepankan. Adil untuk masyarakat adil untuk si rakyat sang penguasa.
Coba bayangkan suatu hari itu ketika hari pemilu dengan gagahnya si buruh pabrik bisa memilih siapa sebagai yang akan melayaninya layaknya penguasa, namun besoknya dia dipecat dari pabrik karena tidak memilih sesuai dengan apa yang diperintahkan atasannya. Adilkah itu? Coba bayangkan si Ibu tani yang tua renta memilih di hari pemilu dengan penuh harap kepada sang Heru Cakra yang berkoar-koar menebar janji untuk melayani padahal tidak pernah ditepati. Adilkah itu? Tentu jawabannya tidak sama sekali !!
Sodar-sodara tulisan ini akan segera berakhir dengan apapun yang saya tulis tentunya masih banyak kekurangan dan saya tidak sama sekali memaksa untuk setuju dengan saya toh saya tidak punya kekuasaan untuk memaksa, untuk itu saya menunggu ilmu-ilmu lain dari sodara-sodaraku sebangsa dan setanah air. Semoga saja ada yang sudi mengkritisi ataupun berdiskusi tentang tulisan ini saya sangat senang jika ada. Semoga melalui diskusi dan kristisi dari sodara-sodara bisa menjadi pengasah bagi saya pribadi dan gesekan-gesekan diskusi tersebut bisa menjadi percikan-percikan hingga menjadi api yang maha dahsyat, api semangat yang berkobar menjilat langit dalam dada kita semua untuk melanjutkan revolusi Indonesia kita yang semakin melenceng karena REVOLUSI SUNGGUH BELUM BERAKHIR !! BHINEKA NARA EKA BHAKTI               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar